Khutbah Jumat

Belajar Strategi Ketahanan Pangan dari Nabi Yusuf

Di tengah dunia yang semakin rentan terhadap krisis, hari ini kita menyaksikan fakta yang memilukan: krisis pangan melanda

Editor: Muliadi Gani
ISTIMEWA
MASJID AGUNG ISTIQAMAH - Masjid Agung Istiqamah, Tapaktuan, Aceh Selatan. Kepala KUA Susoh, Aceh Barat Daya (Abdya), H Roni Haldi Lc (insert), yang menjadi khatib Jumat di Masjid Agung Istiqamah pada hari ini, 1 Agustus 2025, akan menyampaikan khutbah dengan judul ‘Belajar Strategi Ketahanan Pangan dari Nabi Yusuf as.’ 

(3). Pengendalian konsumsi: konsumsi hanya secukupnya, tidak berlebih.

(4). Persiapan jangka panjang: menabung hasil panen sebagai cadangan menghadapi masa paceklik.

Ibnu Katsir menegaskan bahwa ini adalah bentuk hikmah kenabian dan perencanaan jauh ke depan, sesuatu yang sangat relevan bagi kita hari ini.

Syekh Muhammad Mutawalli Sya’rawi dalam tafsirnya menyebut bahwa strategi Nabi Yusuf as menuntut disiplin sosial dan spiritual.

Beliau menekankan pada frasa “Biarkan dalam bulirnya”--ini bukan hanya strategi teknis, tapi indikasi ilahiyah bahwa keberkahan hasil panen ada pada tata kelola yang bijak.

Syekh Sya’rawi menjelaskan, “krisis tidak selalu buruk. Ia bisa menjadi momen perbaikan manajemen hidup.

Yang bahaya bukan krisisnya, tapi sikap tidak siap dan tidak disiplin saat berlimpah.” Sedangkan Ibnu ‘Asyur memberikan analisa mendalam tentang struktur ayat ini.

“Ayat ini bukan hanya prediksi krisis, tapi arahan langsung untuk manajemen sumber daya negara.

Kata yang artinya ‘berkelanjutan’ mengandung makna bahwa tanam tidak hanya musiman, tapi dilakukan secara berkesinambungan dan konsisten.

Ibnu ‘Asyur juga menafsirkan frasa” sebagai: “Sinyal untuk mengubah gaya hidup konsumtif menjadi life style produktif dan hemat, bukan dalam keadaan miskin, tapi bahkan saat panen melimpah.”

Saat ini, lebih dari 780 juta orang kelaparan (data FAO). Banyak negara bergantung pada impor, padahal tanahnya subur. Negara-negara Muslim ironisnya justru menjadi pasar, bukan produsen.

Dari krisis global ini, kita diingatkan kembali:

(1). Tanah bisa subur, tapi kalau pemerintah tidak adil dan masyarakat tidak hemat, maka krisis akan tetap datang.

(2). Krisis tidak bisa dilawan dengan emosi, tapi dengan visi, strategi, dan keberanian untuk berubah.

(3). Kita perlu pemimpin seperti Nabi Yusuf as: amanah, berilmu, dan visioner.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved