Tahukah Anda

Kopi Luwak Beda Secara Kimiawi dengan Kopi Lain, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Tahukah anda, Kopi Luwak, permata mahkota dari kekayaan kopi Indonesia, telah lama memikat perhatian global sebagai salah satu kopi paling eksotis

Editor: Muliadi Gani
FOTO: SHUTTERSTOCK
LUWAK DAN KOPI - Luwak dan biji kopi matang yang disukai luwak. Hewan ini juga dinamakan musang palem Asia. Kopi Luwak Beda Secara Kimiawi dengan Kopi Lain, Ini Penjelasan Ilmiahnya 
Ringkasan Berita:
  • Proses pencernaan dalam tubuh luwak secara alami mengubah komposisi kimia biji kopi, menghasilkan rasa dan aroma khas kopi luwak.
  • Permintaan tinggi membuat banyak luwak ditangkap dan disiksa dalam penangkaran demi produksi kopi massal.
  • Peneliti menyarankan pengembangan metode fermentasi buatan untuk meniru proses alami tanpa melibatkan hewan.

 

PROHABA.CO - Tahukah anda, Kopi Luwak, permata mahkota dari kekayaan kopi Indonesia, telah lama memikat perhatian global sebagai salah satu kopi paling eksotis dan mahal di dunia. 

Dikenal karena proses produksinya yang unik dan tidak biasa, kopi ini bukan sekadar minuman, melainkan sebuah narasi budaya dan pengalaman rasa yang mendalam. 

Kita semua tahu, Indonesia punya salah satu kopi paling mahal di dunia dan ironisnya, kopi itu berasal dari sesuatu yang bikin banyak orang jijik: kotoran hewan. Ya, kopi luwak.

Namun di balik kisah eksotis tentang biji kopi yang “melewati perut musang”, hewan kecil bernama luwak atau musang palem Asia (Paradoxurus hermaphroditus).

Ada fakta ilmiah yang baru saja dibuktikan peneliti India: kopi luwak memang berbeda secara kimiawi dari kopi biasa. 

Dan semua itu terjadi berkat proses alami di dalam tubuh sang luwak.

Luwak liar ternyata jeli memilih buah kopi yang paling matang dan manis.

Setelah dimakan, daging buahnya dicerna, tapi bijinya tetap utuh dan ikut keluar lewat kotoran.

Lebih dari seabad lalu, seseorang yang mungkin nekat atau sekadar penasaran mencoba menyeduh biji kopi bekas pencernaan luwak ini.

Entah siapa yang pertama kali berpikir untuk memungut dan menyeduhnya, tapi hasilnya mengejutkan: rasa kopi yang lembut, kompleks, dan aromanya unik.

Hasilnya? Muncul minuman dengan rasa lembut, kompleks, dan aroma khas yang kemudian dikenal sebagai kopi luwak.

Sejak itu, kopi luwak jadi legenda dan harganya pun melambung tinggi.

Kini, di pasar dunia, harga per kilonya bisa tembus Rp16 juta. Gila, bukan? menjadikannya salah satu kopi termahal di dunia.

Baca juga: Rayakan HUT ke-80, Brimob Polda Aceh Angkat Budaya Ngopi Lewat Lomba Barista Kopi Sareng

Dari Penemuan Unik ke Kontroversi Etika

Awalnya, keberadaan kopi luwak dianggap anugerah.

Hewan yang dulunya dianggap hama pertanian justru membawa rezeki baru.

Namun seiring permintaan pasar yang melonjak, praktik tidak etis pun mulai muncul. Banyak luwak kini ditangkap dan dipelihara di kandang sempit.

Mereka dipaksa makan buah kopi terus-menerus, kehilangan perilaku alaminya, bahkan mengalami stres berat.

Beberapa penyelidikan menemukan kondisi menyedihkan di balik industri kopi luwak komersial.

Penelitian: Apa yang Membuat Rasa Kopi Luwak Berbeda?

Tim peneliti dari Central University of Kerala, India, yang dipimpin oleh ahli zoologi Palatty Allesh Sinu, memutuskan untuk membuktikan secara ilmiah apa yang sebenarnya terjadi pada biji kopi di dalam tubuh luwak.

Mereka membandingkan biji kopi Robusta segar dari lima perkebunan di India dengan biji kopi yang dikumpulkan dari kotoran luwak liar di lokasi yang sama.

Hasilnya cukup mengejutkan: “Proses pencernaan luwak melalui fermentasi alami dan enzimatik memodifikasi komposisi kimia biji kopi, memperkuat cita rasa dan menghasilkan karakteristik aroma khas kopi luwak,” tulis para peneliti dalam jurnal Scientific Reports.

Beberapa temuan penting mereka antara lain:

Ukuran biji kopi dari kotoran luwak lebih besar. 

Kandungan lemak lebih tinggi, yang dapat memperkaya rasa.

Kadar protein dan kafein ternyata sama saja dengan kopi biasa. 

Namun, kopi luwak mengandung lebih banyak asam kaprilat dan asam kaprat metil ester, dua senyawa yang memberikan aroma lembut menyerupai susu.

Baca juga: Mengapa Minum Kopi Pagi Bikin Kita Lebih Bahagia, Berikut Penjelasannya

Apakah Benar-Benar Layak Semahal Itu?

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan rasa kopi luwak bukan sekadar mitos, melainkan efek kimiawi nyata dari proses pencernaan luwak.

Tetapi, apakah hal ini cukup untuk membenarkan harganya yang fantastis  dan penderitaan hewan yang terlibat?

Para peneliti mengingatkan, sebagian besar kopi luwak di pasaran berasal dari Arabika, bukan Robusta seperti yang mereka teliti, dan bijinya juga sudah dipanggang, yang bisa memengaruhi hasil kimiawi.

Karena itu, studi lanjutan diperlukan. 

“Penelitian selanjutnya perlu meneliti profil aroma pada tingkat molekuler dan mengembangkan metode autentikasi biji kopi luwak untuk memastikan praktik yang berkelanjutan dan etis,” tulis Sinu dan timnya.

Mengetahui apa yang sebenarnya membuat kopi luwak terasa unik dapat menjadi langkah awal menuju produksi yang lebih berkelanjutan dan manusiawi.

Dengan memahami proses fermentasi alami ini, produsen bisa mencoba meniru proses kimiawi tersebut tanpa melibatkan hewan, misalnya melalui fermentasi mikroba atau bioteknologi pangan.

Jadi, di balik secangkir kopi luwak yang mahal, tersimpan pelajaran tentang hubungan manusia, hewan, dan sains, bahwa rasa luar biasa kadang datang dari proses yang luar biasa pula, meski berasal dari tempat yang tidak terduga.

Sains memberi harapan: dengan memahami proses fermentasi alami di perut luwak, produsen bisa meniru efeknya lewat bioteknologi tanpa melibatkan hewan sama sekali.

Karena pada akhirnya, kenikmatan secangkir kopi tidak seharusnya datang dari penderitaan makhluk lain.

Kadang, keajaiban rasa justru muncul ketika manusia mau belajar dari alam bukan memaksanya.

Baca juga: Peneliti BRIN Ciptakan Varietas Baru Kopi Arabica

Baca juga: Rahasia Membuat Kopi Enak Menurut Ilmu Fisika, Ini Rumusnya! 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved