Anak-anak di Bolaang Mongondow Jadi Korban Perbudakan di Lokasi Berkedok Panti Asuhan

Saat Bunga menginjak SMK dan berumur 17, perilaku FP kian menjadi-jadi.

FP yang kerap dipanggil Father oleh penghuni panti, tak hanya meminta dipijat, tapi meminta Bunga memegang alat vital FP.

Baca juga: Terkait Pelecehan Seksual Karyawan KPI, Komnas HAM Akan Panggil Polisi

Hal tersebut terjadi rutin 3-4 kali sepekan.

Bunga yang tak tahan akhirnya melarikan diri dari panti asuhan pada 2021.

Hanya bermodalkan sandal dan pakaian di badan, kondisinya sangat nelangsa.

Tak ada tempat berteduh, pun mengadu.

Ia sempat berpikir akan mati menyusul ayah dan ibunya.

Bunga lantas tinggal di Manado bersama kakaknya.

Kemudian Bunga kembali Bolmong, ke rumah paman dan bibinya.

Ia yang awalnya periang, jadi pemurung. Bunga sering menyendiri.

Tatapannya kosong.

Baca juga: Pelaku Pelecehan Seksual Dengan Modus Beli Bulu Mata Pancing di Abdya Dibekuk Polisi

Dia jadi malas makan, lebih sering menangis di pojok kamar.

Sang paman dan bibi yang sudah mencium gelagat buruk, lantas menanyai bunga. Ia pun mengaku telah dilecehkan.

Satryano Pangkey menuturkan, tim LBH Manado turun ke lokasi untuk menyelidiki.

"Terungkap semuanya ada tujuh orang anak jadi korban, bahkan ini bisa bertambah," kata dia.

Sebutnya, korban sudah melapor ke Polda Sulut. Ia berharap Polda Sulut serius menangani kasus ini.(*)

Baca juga: Keluarga Korban Pelecehan Seksual di Bawah Umur Protes Polisi

Baca juga: Polisi Amankan Tersangka Pelecehan Seksual

Baca juga: Oknum Dosen Pelecehan Seksual Dituntut 25 Cambukan

Artikel ini telah tayang di TribunManado.co.id dengan judul Perbudakan Berkedok Panti Asuhan di Bolaang Mongondow Sulawesi Utara, Ini Kisah Sedih Para Penghuni,