Tahukah Anda
Bisakah Logam Lain Diubah Menjadi Emas? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Sejak berabad-abad lalu, manusia terpesona oleh kilau emas logam mulia yang tak hanya bernilai tinggi, tetapi juga melambangkan kekuasaan, kemurnian
Ringkasan Berita:
- Sejak abad pertengahan, para alkemis dan bangsawan Eropa berusaha mengubah logam biasa menjadi emas demi kekayaan dan kehormatan.
- Sains modern membuktikan secara teori logam bisa diubah menjadi emas dengan mengubah jumlah proton dalam inti atom, seperti yang dilakukan lewat eksperimen di Harvard, Berkeley, dan CERN.
- Meski berhasil secara ilmiah, proses tersebut sangat mahal, rumit, dan tidak ekonomis sehingga tidak dapat menjadi sumber kekayaan.
PROHABA.CO - Demi mengejar kehormatan dan kekayaan, para bangsawan Eropa pada abad pertengahan berusaha keras mengubah logam-logam biasa menjadi emas.
Namun, benarkah sains modern bisa mewujudkan impian kuno tersebut?
Sejak berabad-abad lalu, manusia terpesona oleh kilau emas logam mulia yang tak hanya bernilai tinggi, tetapi juga melambangkan kekuasaan, kemurnian, dan keabadian.
Di Eropa abad pertengahan, para bangsawan dan ilmuwan terobsesi dengan satu impian besar: mengubah logam biasa menjadi emas.
Upaya tersebut dikenal sebagai chrysopoeia, bagian dari praktik alkimia yang kini sering dianggap sebagai mitos kuno.
Namun pertanyaannya: benarkah itu mustahil secara ilmiah? Ternyata, sains modern menjawab tidak sepenuhnya mustahil.
Gagasan tentang perubahan logam menjadi emas pertama kali muncul di Yunani Kuno, diperkenalkan oleh filsuf Zosimos dari Panopolis.
Bagi Zosimos, proses ini bukan sekadar eksperimen kimia, melainkan simbol penyucian dan penebusan jiwa.
Namun, ketika ide itu sampai di Eropa abad pertengahan, maknanya berubah drastis.
Para alkemis dan bangsawan kala itu melihatnya sebagai jalan pintas menuju kekayaan.
Mereka percaya logam seperti timbal atau besi hanyalah “logam belum matang” yang suatu saat akan menjadi emas secara alami di dalam perut bumi proses yang memerlukan waktu ribuan tahun.
“Bagi para filsuf alam kala itu, emas dianggap sebagai bentuk logam paling murni,” kata Umberto Veronesi, arkeolog dan ilmuwan warisan budaya dari Nova University Lisbon, Portugal.
“Mereka yakin dapat mempercepat ‘pematangan’ logam itu menggunakan zat legendaris bernama batu filsuf (philosopher’s stone).”
Menurut teori alkimia, semua logam terbentuk dari tiga elemen dasar: raksa (merkuri), belerang (sulfur), dan garam (salt).
Dengan menyusun ulang kombinasi ketiganya dan menghapus ketidaksempurnaan, para alkemis percaya mereka bisa menciptakan emas. Di masa itu, hampir tak ada yang meragukan kemungkinan tersebut.
Baca juga: Fakta Logam Mulia, Berapa Banyak Cadangan Emas di Dunia? Simak Penjelasannya Menurut Ilmiah
Sains Modern Menjawab Mimpi Kuno
Memasuki abad ke-17 dan ke-18, kemunculan ilmu kimia dan fisika modern mulai menggantikan alkimia.
Para ilmuwan menemukan bahwa setiap unsur memiliki identitas unik berdasarkan jumlah proton dalam inti atomnya.
Sebagai contoh, atom emas memiliki 79 proton, sementara timbal memiliki 82 proton.
Secara teori, jika tiga proton dikeluarkan dari inti timbal, maka logam tersebut akan berubah menjadi emas.
“Jika memiliki cukup energi, kita bisa mengubah struktur inti atom,” ujar Alexander Kalweit, fisikawan di CERN (Organisasi Riset Nuklir Eropa).
“Secara teori, keluarkan tiga proton dari timbal, dan kita akan mendapatkan emas.”
Eksperimen pertama yang benar-benar berhasil mengubah logam menjadi emas dilakukan pada tahun 1941 di Universitas Harvard, Amerika Serikat.
Saat itu, para ilmuwan menembakkan inti litium dan deuterium ke atom raksa (mercury), yang memiliki satu proton lebih banyak daripada emas.
Hasilnya, terbentuk tiga isotop emas radioaktif—meskipun semuanya cepat meluruh karena tidak stabil.
Empat puluh tahun kemudian, peraih Nobel Kimia Glenn Seaborg kembali mengulang keberhasilan tersebut di Laboratorium Lawrence Berkeley, California.
Dengan akselerator partikel, ia menembakkan inti karbon dan neon ke bismut dan menghasilkan beberapa ribu atom emas. Namun, jumlahnya sangat kecil, nyaris tak terlihat.
Kini, eksperimen serupa dilakukan di Large Hadron Collider (LHC) di Swiss akselerator partikel terbesar di dunia.
Tim di bawah pimpinan Kalweit menabrakkan ion timbal dengan kecepatan hampir menyamai kecepatan cahaya.
Tumbukan langsung ini menciptakan kondisi ekstrem mirip sesaat setelah Ledakan Dahsyat (Big Bang).
Dalam proses tersebut, proton dan neutron hancur membentuk plasma quark-gluon, keadaan materi paling awal di alam semesta.
Namun, dalam tumbukan tak langsung, medan elektromagnetik kuat dapat membuat proton keluar dari inti timbal.
Dari proses langka inilah terbentuk atom emas—meski jumlahnya amat kecil: hanya sekitar 29 triliun sepergram emas dalam tiga tahun percobaan.
Baca juga: Benarkah Logam Mulia Termahal Berasal dari Emas yang Ada di Dunia?
Tak Ekonomi
Secara ilmiah, manusia telah membuktikan mimpi kuno para alkemis: logam lain memang bisa diubah menjadi emas.
Tapi kenyataannya, biaya dan hasilnya sama sekali tak sebanding.
Eksperimen Seaborg pada 1980-an, misalnya, diperkirakan seribu miliar kali lebih mahal dari nilai emas yang dihasilkan.
Selain itu, prosesnya sangat rumit dan jarang terjadi. Butuh miliaran data percobaan hanya untuk mendeteksi beberapa atom emas.
“Sejak 1940-an, sudah banyak eksperimen yang menghasilkan emas,” jelas Kalweit.
“Namun, semuanya memiliki kesamaan: tidak satu pun yang bisa memberikan keuntungan ekonomi.”
Dengan kata lain, impian para alkemis kuno memang bukan mustahil, tetapi tetap tidak akan membuat siapa pun kaya.
Proses ini membutuhkan energi luar biasa besar, biaya astronomis, dan hasil yang nyaris tak berarti secara ekonomi.
Meski begitu, warisan para alkemis tidak sia-sia.
Dari obsesi mereka terhadap rahasia emas, lahir rasa ingin tahu yang menuntun manusia menuju kelahiran ilmu kimia dan fisika modern serta pemahaman lebih dalam tentang hakikat materi dan asal mula alam semesta.
Baca juga: Ilmuan Ciptakan Berlian Super Keras di Laboratorium
Baca juga: Berlian Terpendam Paling Dalam di Bumi, Bagaimana Sampai ke Permukaan?
Artikel ini sudah yatang di Kompas.com
| Tidur Terganggu Saat Bulan Purnama? Ini Penjelasan Ilmiahnya |
|
|---|
| Ilmuwan Temukan Cara Megembalikan Rambut Beruban ke Hitam Secara Alami |
|
|---|
| Waspada! Kelamaan Duduk Bisa Picu Masalah Kesehatan, Ini Alasannya |
|
|---|
| Polusi dan Asap Rokok Ancam Tumbuh Kembang Anak, Berikut Penjelasan Dokter Anak |
|
|---|
| Seberapa Panas Suhu Maksimal yang Manusia Sanggup Tahan? |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/prohaba/foto/bank/originals/Investasi-Logam-MuliaEmas.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.