Luar Negeri

Marak di Ekuador, Penculik Potong Jari Korban untuk Minta Tebusan Lebih Tinggi

Kasus penculikan dengan modus memotong jari korban untuk meminta tebusan lebih tinggi kini sedang marak di Ekuador. Dalam beberapa dekade terakhir,

Editor: Muliadi Gani
Udayavani
Ilustrasi Penculikan 

PROHABA.CO, GUAYAQUIL - Kasus penculikan dengan modus memotong jari korban untuk meminta tebusan lebih tinggi kini sedang marak di Ekuador.

Dalam beberapa dekade terakhir, Ekuador telah dikenal secara luas menjadi tempat perlindungan yang damai.

Namun belakangan ini, negara itu semakin mirip dengan Peru dan Kolombia di dekatnya, dua produsen besar kokain dengan sejarah kriminal yang kejam.

Kasus penculikan potong jari Pada Maret lalu, istri seorang pengusaha di Kota Guayaquil telah menerima foto seseorang memotong dua jari dari tangan kiri suaminya.

Penculik itu mengancam akan memutilasinya lebih lanjut kecuali diberi tebusan 100.000 dollar AS (sekitar Rp1,5 miliar).

Kejadian yang lebihlama, pada akhir 2022, polisi Ekuador merilis foto seorang anggota Angkatan Laut Chile yang dua jarinya dipotong setelah menjadi korban penculikan saat berada di negara itu untuk mengunjungi pacarnya.

Pada April kemarin, media sosial di Ekuador heboh dengan unggahan foto rontgen tangan tanpa jari.

Foto itu adalah seorang migran asal Ekuador yang terjerat dalam penculikan selama masa liburan di kampung halamannya.

Baca juga: Pria Keterbelakangan Mental Dihajar, karena Dicurigai Penculik Anak

Baca juga: Polisi Ringkus Dua Tersangka Perdagangan Anak, Pemuas Nafsu Pria Nakal

Baca juga: VIRAL, Bocah Digigit Anjing Rabies Akhirnya Meninggal Dunia

Sebagaimana dikutip dari AFP, dalam lima bulan pertama tahun ini, laporan kasus penculikan meningkat tiga kali lipat menjadi 189 kasus dibandingkan periode yang sama pada 2022 yang “hanya” berjumlah 60 kasus.

Angka itu diyakini masih banyak yang tidak dilaporkan.

Beberapa penculik mencari pembayaran cepat, menuntut uang tebusan paling rendah 5.000 dollar AS.

Pakar Luis Cordova mengatakan kepada AFP bahwa kampanye serangan “menakutkan” di Ekuador telah memberikan tekanan kepada pemerintah yang tengah terperosok dalam krisis keamanan publik.

Kota Pelabuhan Guayaquil yang memiliki jumlah penduduk sekitar 3 juta orang telah menjadi sarang kekerasan.

Kota ini, antara lain, telah menyaksikan sejumlah kejadian mengerikan, termasuk bom mobil, pembantaian di penjara, tubuh yang dimutilasi, tubuh yang digantung di jembatan, dan penculikan.

“Pertumpahan darah belum melonjak ke tingkat yang pernah dicapai di Kolombia atau Meksiko pada puncak kekerasan narkoba, tetapi kita sedang menempuh jalan yang sama,” kata analis keamanan di Ekuador, Carla Alvarez.

(Kompas.com)

Baca juga: Diduga Penculik Anak, Nyawa ODGJ Nyaris Melayang

Baca juga: Marak Isu Penculikan Anak, Disdikbud Aceh Tamiang Minta Sekolah Perketat Pengawasan

Baca juga: Penjara Ekuador Rusuh Lagi, 43 Tahanan Tewas

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved