Tahukah Anda
AI Bisa Ngawur Dalam 32 Hal, Berikut Penjelasan Ilmuan, Apa Itu?
Ilmuwan kini memperingatkan bahwa kecerdasan buatan (AI) tak hanya bisa salah arah, tapi juga bisa mengalami sesuatu yang menyerupai gangguan kejiwaan
Metodenya mirip psikoterapi manusia, seperti ‘cognitive behavioral therapy’ (CBT).
Misalnya, memberikan ruang bagi AI untuk “berdialog dengan dirinya sendiri” secara terstruktur, menjalani simulasi percakapan aman, hingga membuka mekanisme internalnya agar lebih transparan.
Tujuan akhirnya adalah mencapai kondisi yang disebut “artificial sanity” --yakni AI yang waras, konsisten, bisa dipercaya, dan tetap selaras dengan kepentingan manusia.
Menurut Watson dan Hessami, “Artifi cial sanity sama pentingnya dengan membuat AI yang lebih kuat.”
Peneliti menyusun kerangka ini dengan menelaah berbagai riset lintas bidang, dari keselamatan AI hingga psikologi.
Struktur klasifikasi mereka terinspirasi dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) --panduan diagnosis gangguan mental pada manusia.
Setiap kategori gangguan AI dipetakan pada analogi gangguan kognitif manusia, lengkap dengan potensi risiko dan konsekuensinya.
Watson dan Hessami menegaskan:, “Kerangka ini bukan sekadar label baru untuk kesalahan AI, tapi lensa diagnostik ke depan untuk menghadapi lanskap AI yang terus berkembang.”
Jika diadopsi, pendekatan ini diyakini bisa memperkuat rekayasa keselamatan AI, meningkatkan transparansi, dan melahirkan apa yang mereka sebut sebagai “synthetic minds” yang lebih tangguh dan dapat diandalkan.
Seiring dengan makin canggihnya kecerdasan buatan, risiko penyimpangan juga ikut membesar.
Dengan ‘psychopathia machinalis’, ilmuwan mencoba mengantisipasi “kegilaan mesin” sebelum benar-benar terjadi.
Karena, pada akhirnya, tantangan terbesar bukan hanya membuat AI yang kuat, tetapi AI yang tetap waras, aman, dan berpihak pada manusia.
Kecanggihan AI bukan jaminan keselamatan. Mungkin yang kita butuhkan bukan hanya AI yang pintar --tapi juga AI yang waras.
Psychopathia Machinalis membuka peluang baru untuk berpikir tentang AI bukan sebagai alat semata, tapi sebagai entitas yang harus diajak berdialog, diawasi, dan kalau perlu, diterapi. (*)
Baca juga: Kemkomdigi Akan Berkolaborasi dengan Universitas Tokyo untuk Kembangkan Kurikulum AI
Baca juga: Bagaimana Gambaran Saat Masa Depan Didorong oleh Data Cerdas AI?
Baca juga: Bahaya Manusia Bisa Jatuh Cinta Pada AI, Kok Bisa?
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "32 Cara AI Bisa “Ngawur”, Mirip Gangguan Mental pada Manusia",
tahukah anda
Kecerdasan buatan (AI)
kecerdasan buatan
Artificial Intelligence
gangguan mental
Psychopathia Machinalis
Prohaba.co
Studi Ungkap Jalan Kaki Rutin Bisa Cegah Sakit Punggung Kronis |
![]() |
---|
Ilmuwan Temukan Emas Hidrida, Emas Generasi Terbaru Guncang Dunia Sain |
![]() |
---|
Temukan Makna Hidup, Kunci untuk Awet Muda, Berikut Penjelasannya |
![]() |
---|
Waspada Lingkar Leher Besar Bisa Jadi Masalah Kesehatan Serius |
![]() |
---|
Terlalu Kaku Soal Jam Tidur Bisa Berdampak Buruk pada Kesehatan Otak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.